Penipuan belanja online tidak hanya dilakukan melalui situs toko online palsu, tetapi juga di Facebook. Modusnya berupa promosi satu atau dua item produk, tetapi bisa juga ditampilkan dengan disain seolah-olah toko online. Sekilas memang sulit untuk membedakan karena banyak pula toko online resmi yang menggunakan status di Facebook untuk mempromosikan produk baru.
Maraknya penipuan
belanja online di Facebook bisa dimaklumi, karena Facebook merupakan media sosial paling populer dengan prosedur pendaftaran yang mudah sehingga paling banyak digunakan. Indonesia tercatat
sebagai negara keempat terbanyak yang menggunakan facebook dengan jumlah pengguna aktif diperkirakan mencapai 65 juta orang.
Jumlah pengguna Facebook yang banyak ini tentunya akan menguntungkan Facebook untuk menyebar iklan-iklan mereka. Sehingga didasarkan pada pertimbangan untuk efisiensi dan efektivitas pengelolaannya, maka Facebook membuka kantor perwakilannya di Mal Pacific Place yang berlokasi di Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta pada Maret 2014.
Besarnya potensi untuk penyebaran iklan tersebut juga menginspirasi para pengguna Facebook yang tak beretika untuk
melakukan berbagai penipuan. Dengan membatasi bahasan seputar topik belanja online di Facebook, maka kejahatan paling banyak dilakukan adalah penjualan produk yang ditawarkan secara pribadi seperti kepada teman sendiri. Atau memanfaatkan fanpage yang bisa didisain dengan gratis sehingga terkesan sebagai toko online yang benar-benar profesional.
Para pengguna Facebook pemula yang masih polos, dalam pengertian bahwa mereka menganggap Facebook adalah murni jejaring sosial yang digunakan untuk berkenalan dan saling berkomunikasi dengan teman-teman sebaya mereka, terutama remaja putri akan langsung tertarik ketika salah seorang “temannya” yang belum lama dikonfirmasi menawarkan produk fashion dengan harga terbilang murah. Tanpa prasangka negatif tawaran tersebut akan diterima dan langsung mentransfer sejumlah uang.
Cara lain adalah meniru
toko-toko online yang menginformasikan produk baru melalui status mereka dalam bentuk iklan singkat, lalu membuat status berulang-ulang agar dapat terbaca sabanyak-banyaknya. Hal ini sangat berbeda jauh dengan iklan yang terpampang di laman sebelah kanan, tarifnya yang setara dengan adsense Google itu hanya akan dipasang oleh penjual atau pemasar profesional yang bermodal dan memiliki target yang jelas. Mengenai situs toko online palsu ini akan dibahas dalam artikel tersendiri agar tidak rancu, lebih detil dan memudahkan untuk dipahami. .
Para penipu yang memanfaatkan fasilitas serba gratis dari Facebook ini sebenarnya hanya penjahat amatiran, atau paling tidak sedang belajar menjadi penjahat profesional. Modalnya hanya ketrampilan menggunakan facebook dan produk yang dijual pun bersifat umum. Sasaran utamanya adalah menyebar status ke beranda “teman-temannya”. Karena itu untuk menelusuri apakah si penjual ini benar-benar asli atau hanya bertujuan menipu bisa dengan mudah dilakukan.
Antisipasi paling efektif untuk menghindari penipuan belanja online di Facebook adalah kesampingkan dulu rasa tertarik Anda terhadap produk yang sebenarnya memang sudah lama Anda idam-idamkan dan tiba-tiba Anda temukan dengan harga sangat murah. Cermati kembali iklan tersebut dengan membaca ulang secara pelahan-lahan untuk menemukan kejanggalan lainnya. Tentu saja, kejanggalan paling mencolok adalah harganya yang murah.
Jangan sekali-kali mencoba melakukan kontak terhadap penjual, tapi telusuri siapa dan bagaimana penjualnya, meskipun dalam pengertian ala Facebook “dia” sudah menjadi “teman” Anda. Selain teman yang benar-benar Anda kenal secara fisik, teman-teman Anda di Facebook adalah teman-teman dari dunia maya yang sebenarnya tidak pernah Anda kenal sama sekali. Mindset ini harus Anda tanamkan dalam-dalam jika tidak ingin menjadi korban penipuan melalui media sosial.
Cara yang paling sederhana dan sistematis adalah klik kronologinya. Disana Anda bisa mengetahui kapan dia mulai bergabung, dalam kurun waktu selama itu apa saja aktivitasnya ? Jika baru saja bergabung beberapa bulan, apalagi baru beberapa minggu di Facebook lalu buru-buru menawarkan produk tentu masih kurang bisa dipercaya. Masih di kronologi, Anda bisa meneliti seberapa intens aktivitasnya dalam menggunakan media sosial tersebut, apakah tidak ada aktivitas sama sekali atau cukup padat, dan apa fokus kegiatannya ?
Pengguna Facebook yang serius bisa dipastikan akan fokus pada lingkaran teman-teman tertentu, misalnya sesama profesi, hobby yang sama atau bisa berbeda usia dan profesi tapi memiliki satu kepentingan. Karena jejaring sosial bisa dengan efektif digunakan untuk menyampaikan informasi penting di kalangan yang sama, sehingga manfaat Facebook juga akan menjadi optimal jika digunakan oleh satu komunitas yang jelas.
Jika penjual di Facebook tersebut memiliki ciri tersebut, mungkin Anda adalah salah satu teman diluar komunitas utamanya. Tetapi jika Anda masih kurang percaya, klik Fotonya. Pengguna Facebook yang serius akan memiliki banyak koleksi foto terutama terkait dengan aktivitas di lingkaran komunitasnya. Seorang mahasiswi misalnya, dia dipastikan akan memiliki foto diri saat mejeng dalam salah satu kegiatan kampus. Disana juga akan ditemukan foto bersama teman-teman dekat dan keluarganya. Satu thema mungkin bisa terdiri dari beberapa foto yang hampir sama, tetapi hal ini justru menunjukkan kredibilitas si pemilik akun..
Jika kurang yakin, klik profilinya. Apakah dia mengisinya secara lengkap atau tidak, atau hanya diisi asal-asalan. Pengguna facebook yang serius akan mencantumkan data diri selengkap-lengkapnya mulai dari dimana dia bersekolah SD hingga menyelesaikan kuliahnya. Alamat dan nomor teleponnya, bahkan semua e-mailnya pun akan dicantumkan karena orientasinya adalah memudahkan konsumen untuk menghubunginya. Ciri-ciri tersebut sangat bertolak belakang dengan pemilik akun abal-abal.
Lalu klik teman-temannya. Pengguna Facebook serius akan cenderung memiliki teman terbanyak berasal dari komunitasnya sendiri yang dijalin secara bertahap dan alamiah, sehingga bisa jadi setelah bertahun-tahun menggunakan Facebook, teman-temannya hanya berjumlah seratusan. Tetapi karena iklannya nyasar di beranda Anda, setidaknya dia dan Anda memiliki teman yang sama. Teman yang sama ini bisa menjadi sumber informasi Anda jika diperlukan.
Jangan keburu beranggapan bahwa semua penjualan di Facebook yang dilakukan secara pribadi adalah aksi penipuan, karena masih lebih banyak “teman-teman” Anda yang benar-benar serius berjualan di Faceboook untuk mendapat penghasilan tambahan. Umumnya terdiri dari para ibu rumah tangga dan para mahasiswi, justru merekalah yang paling banyak dirugikan oleh para penipu amatiran ini.
Selain berkedok sebagai pengguna Facebook yang secara pribadi menjual produk di komunitasnya, penipuan juga sering dilakukan melalui fanpage karena dianggap bisa lebih “menyembunyikan” penjualnya yang abal-abal. Atau menggunakan Facebook untuk menyebar link yang ditujukan ke
situs toko online palsu. Kedua modus ini tidak hanya dilakukan melalui Facebook, tetapi juga di berbagai media sosial yang memiliki fasilitas memungkinkan untuk disalahgunakan.